Jumat, 26 Desember 2014
Pacaran itu apa sih ?
Dampak Negatif Pacaran 300x198 Dampak Negatif Pacaran
1. Melemahkan ImanSebelum berpacaran kita rajin sholat, ke pengajian, tetapi ketika punya pacar, kadang sholat ada yang terlewatkan, lebih suka bersama pacar dari pada ketempat pengajian, itu salah satu contoh saja. Banyak contoh yang lain yang akibat pacaran yang melemahkan iman kita. Intinya kecintaan kita kepada tuhan akan berkurang terbagi dengan pacar kita
2. Melatih Kemunafikan
Untuk mendapatkan simpati kepada pacar, pasti melakukan apa saja termasuk berbohong. Sehingga dimata pacar akan menjadi baik. Tetapi itu tidak semua orang, tetapi pada umumnya memang begitu. Akan selalu memperlihatkan hal yang baik didepan pasangan kita, walaupun kadang mengingkari apa yang di katakan hati kita.
3. Suka berangan angan
Bila punya pacar kadang kita suka beandai andai jika begini atau begitu. Padahal itu dilarang oleh agama, kita tidak diperbolehkan untuk berangan angan karena bisa membuat iman kita lemah. Apa yang dilakukan saat pacaran bisa memicu kita untuk berandai andai. Dan kadang disitu pikiran negatif akan muncul sehingga pacaran menjadi negatif
4. Produktifitas berkurang
Pacar kadang membuat produktifitas kita berkurang, yang dahulu kita rajin, akan terhambat dengan adanya pacar. Sudah banyak contohnya dengan adanya pacar kemampuan kita akan berkurang karena fokus kita untuk belajar akan terbagi. Kalau kita seorang pemain bola, bila kita berpacaran yang negatif akan membuat kita lemah dan skill kita pasti turun. dan banyak lagi contoh yang lain
5. Hidup Menjadi Boros
Selama ini cuma kita sendiri dalam membelanjakan uang sudah cukup, dengan adanya pacar uang kita akan terus berkurang karena untuk memajakan pacar. Tujuan ingin membeli sesuatu yang bermanfaat bila pacar ingin nonton, jalan jalan tujuan tersebut akan tertunda. Karena jika kita lagi bersenang senang dengan pacar pasti mengeluarkan uang yang tanpa kita sadari akan menghambat tujuan kita yang lebih utama
6. Terjerumus Dalam Perzinaan
Jaman sekarang pacaran tanpa zina pasti akan di tinggalkan pacarnya. Itu dampak paling negatif dalam berpacaran, ketika kita bertemu saling dekat secara fisik dan ketika 2 manusia lawan jenis hanya berdua maka setan yang akan membuat kita menuju kearah yang negatif. Nafsu akan mengalahkan pikiran kita.
7. Tidak setia
Bila dalam berpacaran tidak sesuai dengan yang kita inginkan dan ada orang lain yang memberikan apa yang tidak di berikan oleh pacar kita, selingkuh akan menjadi alternatifnya. Sehingga itu akan menyakiti orang lain.
8. Pembunuhan
Ini dampat negatif pacaran yang paling ekstrim, demi seorang pacar rela berkelahi dengan orang lain dan lebih parah bisa membunuh untuk mendapatkan pujaan hati tersebut.
Pacaran kadang bisa membuat kita termotivasi tetapi jaman sekarang banyak mengakibatkan kita menjadi perilaku yang negatif. Untuk itu kenapa pacaran dilarang oleh agama, karena bisa membuat kita salah arah. Bila ingin bahagia dan mendapatkan pujaan hati seutuhnya usahakan untuk menikah sehingga akan lebih indah. Dampak Negatif Pacaran
REMAJA itu ?
Untukmu Para
Remaja
Tulisan
ini dihadiahkan untuk saudara kami para remaja muslim. Semoga Allah berkenan
membuka pintu kebaikan lewat kelembutan mata hati teman- teman remaja semua,
untuk mengetahui lebih jauh tentang siapa dan bagaimanakah diri kita sebenarnya.
Tulisan
ini adalah agar kita sama- sama tidak terlalaikan atas kewajiban sebagai
seorang muslim, dan supaya hati kita tidak tertutup dan lalai dengan keindahan
kehidupan dari mengingat Allah subhanahu wata’ala. Dengan tulisan ini, kita
mohonkan kepada Allah agar membebaskan kita dari berbagai dosa yang tiada henti
kita lakukan di dunia ini.
Wahai
saudaraku para remaja, ketika hidup ini memiliki tujuan, maka kita tidak akan
terombang- ambing tanpa arah dan tujuan. Maka berhentilah berkata bahwa kita
masih terlalu muda untuk berpikir serius tentang hidup. Bukankah sesuatu yang
besar yang kita harapkan datang di masa depan kelak, dan menyenangkan kita,
justru akan bermula dari perbuatan kecil yang kita lakukan sekarang?
Saudaraku,
para remaja muslim, maka kenalilah tujuan mengapa kita harus dihidupkan Allah
di dunia ini. Sungguh Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-
sia.Begitu pula dengan keberadaan diri kita. Hidup bukanlah tentang
bersenang-senang saja, tetapi sejatinya untuk meraih sebuah tujuan mulia. Allah
subhanahu wata’ala berfirman (artinya) :
“Dan
tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)
Beribadah
kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi semua larangan-Nya, itulah sebenarnya tugas utama yang harus
dijalankan oleh setiap hamba Allah.
Wahai
saudaraku remaja muslim, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, hidup kita
kini sedang menuju sebuah garis akhir yaitu kematian. Dan bahkan peramal
sehebat apapun tak akan bisa menebak, kapan langkah kaki kita akan terhenti dan
kita akhirnya mati. Dengarlah Firman Allah berikut ini,
“Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)
Maka
suka atau tidak suka, mau atau tidak mau sebenarnya hidup itu bukan pilihan.
Ya, hidup bukan sama sekali tentang pilihan. Allah memberikan kebaikan supaya
engkau baik, dan Allah memberikan pelajaran tentang kejelekan adalah supaya kau
juga belajar tentang kebaikan. Jadi kebaikan adalah satu- satunya hal yang
harus dipilih. Dan kebaikan itu hanya terkandung dalam islam, yang sekali lagi
satu satunya hal yang harus kita pilih. Di dalam islam kita akan justru
menemukan banyak pilihan tentang hal- hal yang membahagiakan. Tapi ingatlah,
betapapun besarnya kebahagiaan dan kesenangan di dunia, semua pasti akan ada
akhirnya. Dan kesenangan abadi seorang muslim adalah ketika nanti kits berada
di surganya Allah.
Maka
wahai para sahabat muda, bersegeralah untuk beramal kebajikan, dirikanlah
shalat dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan sepenuh hati sesuai tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena shalat adalah yang pertama kali
akan dihisab nanti pada harikiamat, sebagaimana sabdanya:
“Sesungguhnya
amalan yang pertama kali manusia dihisab dengannya di hari kiamat adalah
shalat.” (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
Bisakah
kau bayangkan betapa ruginya kita, apabila kita sampai di usia remaja ini,
belum sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah
yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Yang
mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari
tiga hal tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya),
keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggal amalannya (yang akan
mengiringinya).” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Saudaraku,
sudah siapkah kita dengan timbangan amal yang pasti, sekali lagi, pasti kita
akan menjumpainya nanti. Sudahkah kita menghisab amal perbuatan kita sendiri
terlebih dahulu, sebelum Allah nanti menghisap kita dan memperlihatkan
timbangan amal kita. Bisakah kau bayangkan, betapa sengsaranya kita, ketika
ternyata timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada timbangan kejelekan?.
Ingatlah akan firman Allah subhanahu wata’ala :
“Dan
adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan
(kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu
apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Al Qari’ah: 6-11)
Selain
itu,bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Oleh
karena itu, sudahkah kita gunakan kesempatan di masa muda kita ini untuk
kebaikan?
“Tidak
akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan
Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara:
umurnya
untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia
dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal
terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi)
Wahai
sahabat remaja, iblis, setan, dan bala tentaranya akan selalu setia dalam
berupaya mengajak manusia agar selalu bermaksiat kepada Allah subhanahu
wata’ala. Tidak lain adalah karena mereka mengajak umat manusia seluruhnya
untuk menjadi temannya di neraka.
Sebagaimana
yang Allah subhanahu wata’ala jelaskan dalam firman-Nya (yang artinya):
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya setan-setan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)
wahai
sahabat remaja, setiap amalan kejelekan dan maksiat yang kita lakukan, pasti
akan dicatat di sisi Allah subhanahu wata’ala. Pasti kita juga akan melihat
akibat buruk dari semua itu, jika hal itu adalah kejahatan. Allah subhanahu
wata’ala berfirman (yang artinya):
“Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.” (Az Zalzalah: 8)
Setan
juga ingin umat manusia menjadi terpecah belah dan saling bermusuhan. Jangan
dikira bahwa ketika engkau bersama segerombolan orang yang kau anggap
teman-teman itu, dan melakukan kemaksiatan kepada Allah subhanahu wata’ala,
maka hal tersebut merupakan wujud solidaritas dan kekompakan. Sekali-kali
tidak, justru cepat atau lambat, teman yang mungkin kita cintai akan menjadi
musuh yang paling kita benci. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya) :
“Sesungguhnya
setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
karena (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu).” (Al
Maidah: 91)
Maka
dari itu, sudah selayaknya kita mengadakan koreksi mendalam tentang diri kita
sendiri sekarang. Dan perbaikan diri tentu saja bisa kita lakukan jika kita
memiliki ilmu. Saudaraku, jangan gadaikan keharusanmu mengetahui ilmu tentang
islam dengan hanya mengunggulkan ilmu tentang duniawi semata. Karena, menuntut
ilmu tentang agama kita ini, merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka barangsiapa
yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan
menyebabkan kecelakaan bagi pelakunya.
“Menuntut
ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
(NayMa/voa-islam.com)
Tulisan
ini dihadiahkan untuk saudara kami para remaja muslim. Semoga Allah berkenan
membuka pintu kebaikan lewat kelembutan mata hati teman- teman remaja semua,
untuk mengetahui lebih jauh tentang siapa dan bagaimanakah diri kita
sebenarnya.
Tulisan
ini adalah agar kita sama- sama tidak terlalaikan atas kewajiban sebagai
seorang muslim, dan supaya hati kita tidak tertutup dan lalai dengan keindahan
kehidupan dari mengingat Allah subhanahu wata’ala. Dengan tulisan ini, kita
mohonkan kepada Allah agar membebaskan kita dari berbagai dosa yang tiada henti
kita lakukan di dunia ini.
Wahai
saudaraku para remaja, ketika hidup ini memiliki tujuan, maka kita tidak akan
terombang- ambing tanpa arah dan tujuan. Maka berhentilah berkata bahwa kita
masih terlalu muda untuk berpikir serius tentang hidup. Bukankah sesuatu yang
besar yang kita harapkan datang di masa depan kelak, dan menyenangkan kita,
justru akan bermula dari perbuatan kecil yang kita lakukan sekarang?
Saudaraku,
para remaja muslim, maka kenalilah tujuan mengapa kita harus dihidupkan Allah
di dunia ini. Sungguh Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-
sia.Begitu pula dengan keberadaan diri kita. Hidup bukanlah tentang
bersenang-senang saja, tetapi sejatinya untuk meraih sebuah tujuan mulia. Allah
subhanahu wata’ala berfirman (artinya) :
“Dan
tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)
Beribadah
kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi semua larangan-Nya, itulah sebenarnya tugas utama yang harus
dijalankan oleh setiap hamba Allah.
Wahai
saudaraku remaja muslim, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, hidup kita
kini sedang menuju sebuah garis akhir yaitu kematian. Dan bahkan peramal
sehebat apapun tak akan bisa menebak, kapan langkah kaki kita akan terhenti dan
kita akhirnya mati. Dengarlah Firman Allah berikut ini,
“Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)
Maka
suka atau tidak suka, mau atau tidak mau sebenarnya hidup itu bukan pilihan.
Ya, hidup bukan sama sekali tentang pilihan. Allah memberikan kebaikan supaya
engkau baik, dan Allah memberikan pelajaran tentang kejelekan adalah supaya kau
juga belajar tentang kebaikan. Jadi kebaikan adalah satu- satunya hal yang
harus dipilih. Dan kebaikan itu hanya terkandung dalam islam, yang sekali lagi
satu satunya hal yang harus kita pilih. Di dalam islam kita akan justru
menemukan banyak pilihan tentang hal- hal yang membahagiakan. Tapi ingatlah,
betapapun besarnya kebahagiaan dan kesenangan di dunia, semua pasti akan ada
akhirnya. Dan kesenangan abadi seorang muslim adalah ketika nanti kits berada
di surganya Allah.
Maka
wahai para sahabat muda, bersegeralah untuk beramal kebajikan, dirikanlah
shalat dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan sepenuh hati sesuai tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena shalat adalah yang pertama kali
akan dihisab nanti pada harikiamat, sebagaimana sabdanya:
“Sesungguhnya
amalan yang pertama kali manusia dihisab dengannya di hari kiamat adalah
shalat.” (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
Bisakah
kau bayangkan betapa ruginya kita, apabila kita sampai di usia remaja ini,
belum sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah
yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Yang
mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari
tiga hal tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya),
keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggal amalannya (yang akan
mengiringinya).” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Saudaraku,
sudah siapkah kita dengan timbangan amal yang pasti, sekali lagi, pasti kita
akan menjumpainya nanti. Sudahkah kita menghisab amal perbuatan kita sendiri
terlebih dahulu, sebelum Allah nanti menghisap kita dan memperlihatkan
timbangan amal kita. Bisakah kau bayangkan, betapa sengsaranya kita, ketika
ternyata timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada timbangan kejelekan?.
Ingatlah akan firman Allah subhanahu wata’ala :
“Dan
adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan
(kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu
apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Al Qari’ah: 6-11)
Selain
itu,bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Oleh
karena itu, sudahkah kita gunakan kesempatan di masa muda kita ini untuk
kebaikan?
“Tidak
akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan
Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara:
Umurnya
untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia
dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal
terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi)
Wahai
sahabat remaja, iblis, setan, dan bala tentaranya akan selalu setia dalam
berupaya mengajak manusia agar selalu bermaksiat kepada Allah subhanahu
wata’ala. Tidak lain adalah karena mereka mengajak umat manusia seluruhnya
untuk menjadi temannya di neraka.
Sebagaimana
yang Allah subhanahu wata’ala jelaskan dalam firman-Nya (yang artinya):
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya setan-setan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)
Wahai
sahabat remaja, setiap amalan kejelekan dan maksiat yang kita lakukan, pasti
akan dicatat di sisi Allah subhanahu wata’ala. Pasti kita juga akan melihat
akibat buruk dari semua itu, jika hal itu adalah kejahatan. Allah subhanahu
wata’ala berfirman (yang artinya):
“Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.” (Az Zalzalah: 8)
Setan
juga ingin umat manusia menjadi terpecah belah dan saling bermusuhan. Jangan
dikira bahwa ketika engkau bersama segerombolan orang yang kau anggap
teman-teman itu, dan melakukan kemaksiatan kepada Allah subhanahu wata’ala,
maka hal tersebut merupakan wujud solidaritas dan kekompakan. Sekali-kali
tidak, justru cepat atau lambat, teman yang mungkin kita cintai akan menjadi
musuh yang paling kita benci. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya) :
“Sesungguhnya
setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
karena (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu).” (Al
Maidah: 91)
Maka
dari itu, sudah selayaknya kita mengadakan koreksi mendalam tentang diri kita
sendiri sekarang. Dan perbaikan diri tentu saja bisa kita lakukan jika kita
memiliki ilmu. Saudaraku, jangan gadaikan keharusanmu mengetahui ilmu tentang
islam dengan hanya mengunggulkan ilmu tentang duniawi semata. Karena, menuntut
ilmu tentang agama kita ini, merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka
barangsiapa yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa
pasti akan menyebabkan kecelakaan bagi pelakunya.
“Menuntut
ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
(NayMa/voa-islam.com)
-
See more at: http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2012/02/27/17927/untukmu-para-remaja/#sthash.sS7YLgCh.dpuf
Menurut sebagian besar, khususnya di
kalangan remaja, jomblo adalah status seseorang yang menunjukkan pribadi kuper,
gak gaul, ketinggalan jaman, katrok, ndeso atau kampungan. Ada
lagi yang sering kali jadi julukan, bahwa seorang yang jomblo adalah makhluk
yang tidak laku.
Seseorang dikatakan tidak jomblo
ketika dia memiliki pacar. Padahal status pacar dan jomblo itu sekedar status
sosial dalam kehidupan gaul remaja. Jadi, mereka yang memiliki pacar
merasa gaul dan merasa selamat dari status jomblo. Mereka yang berstatus jomblo
dianggap suatu aib dalam pergaulannya.
Karena pacar sekedar status sosial
kehidupan gaul remaja, maka berpacaran hanya dijadikan kebanggaan dalam
pergaulan mereka, sama sekali tidak ada niat untuk melanjutkan ke jenjang
bahtera rumah tangga. Alasan mereka yang sekedar berpacaran karena mereka masih
di bawah umur. Jadi, ngapain make meried segala? Begitu alasan yang
sering kali kita dengar.
.
Kebanggaan itu terasa ketika mereka
berkumpul dengan teman-temannya, jalan-jalan berdua, dan saat galau ada yang
menamani. Ketika berkumpul dengan teman-temanya, mereka sangat bangga karena di
sampingnya ada seorang pacar, apa lagi teman-temannya bersama pacarnya. Ketika
berjalan –ke mana aja- bisa boncengan, bisa gandengan, dan bisa makan berduaan
di restoran atau warung. Ketika galau tidak lagi bingung harus mengadu pada
siapa, bisa langsung minta ditemenin pacarnya.
Mungkin itu aktifitas pacaran yang
standart. Ada aktifitas pacaran yang lebih dari itu. Dalam kehidupan gaul
remaja, selain pacaran sebagai status pribadi, pacaran juga sebagai hiburan
sehari-hari yang dipenuhi aktifitas pelampiasan hasrat syahwat. Sekarang marak
kelakuan mesum, seks bebas, dan hamil di luar nikah, itu semua terjadi karena
status konyol itu (pacaran). Bahkan ada yang menganggap, jika masih belum
pegangan, ciuman, dan pelukan, itu dianggap sebagai aib dalam kehidupan gaul
mereka. Lebih parah lagi, jika masih perawan atau perjaka pun dianggap
ketinggalan jaman. Na’udzubillah…
Jika seorang remaja tidak memiliki
pacar, siapa saja pasti yakin, dia tidak akan pernah berduaan, saling memandang
penuh hasrat, pegangan, merapat, pelukan, ciuman, meraba-raba, apa lagi
melakukan ‘hal itu’. Begitulah gambaran mulia seorang jomblo; dia tidak pernah
berduan dengan lawan jenis, yang pada ujungnya akan sampai pada aktiftas…
(gituan itu). Nau’udzubillah.
Jomblo itu bukan berarti dia kuper, ndeso,
gak gaul, ketinggalan jaman, apalagi tidak laku atau tidak pernah jatuh
cinta. Seseorang jomblo itu memiliki beberapa alasan, diantaranya: Pertama, karena
sibuk dengan aktifitasnya, baik profesi atau pun pendidikan. Kedua,
karena menutup hati sebab dia sudah mencintai seseorang meskipun tidak mungkin
dimilikinya. Ketiga,karena pacaran dianggap sesuatu yang tidak
bermanfaat. Keempat, karena mempertahankan reputasi yang seandainya dia
berpancaran makan nama baik dia akan tercemar. Kelima, karena bingung
menentukan pilihan, sehingga dia memilih jomblo. Keenam, karena tidak
memiliki nyali untuk mengungkapkan perasaannya. Ketujuh, karena
trauma sebab tembakan pertama ditolak. Kedelapan, karena dia menganggap
bahwa dengan tidak pacaran dia akan mendapatkan jodoh yang tidak pernah pacaran
juga (baik). Kesembilan, karena semata-mata ingin menjaga kesucian
dirinya (keimanannya).
Selain alasan-alasan di atas, jomblo
juga memiliki nilai mulia bagi seorang remaja. Karena dengan status jomblo dia
akan terhindar dari perbuatan yang tidak bermoral, sebagaimana yang marak saat
ini. Artinya, pacaran itu lebih rawan mengantarkan seseorang kepada maksiat dan
Jomblo (pasti) membuat seseorang lebih terjaga dari perbuatan yang dilarang
agama. Tepatnya, sebenaryna jomblo merupakan salah satu upaya menjaga diri
untuk tidak menuruti hawa nafsu. Uapaya tersebut adalah cirri-ciri orang yang
beriman. Allah berfiman:
قُلْ لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّواْ
مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُواْ فُرُوجَهُمْ ذالِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ
اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ
أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُن… (31)
“Katakanlah kepada orang laki-laki
yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita
yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. (QS. An-Nur: 30-31)
Ayat di atas menjelaskan tentang
keimanan seseorang. Jika dia beriman, seharusnya dia menahan pandangannya agar tidak
menjurus pada perbuatan hasrat syahwat. Salah satu upaya yang jitu untuk
menahan pandangan adalah jomblo. Karena jomblo lebih aman dari perbuatan hasrat
syahwat. Namanya juga jomblo, makhluk yang selalu sendirian. Orang yang
sendirian memang mau melakukan ‘hal itu atau gituan’ dengan siapa? hehehe…
Jadi, seorang yang jomblo termasuk seseorang yang beriman yang secara otomatis
dia menahan pandangannya, dan tentu tidak ada kesempatan untuk melakukan
perbuatan menuruti hasrat syahwat. (Img: si0.twimg)
Rosulullah saw. bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.
“Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam”
HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat
Abu Hurairah).
Wasiat Rasulullah saw. tersebut
menunjukkan betapa pentingnya kedudukan lisan. Dimana nilai keimanan seseorang
disandingkan dengan kemampuannya menjaga dan memelihara lisan. Seorang hamba
bisa mencapai derajat yang tertinggi, bahkan mendapat karunia yang amat agung
di sisi Allah. Namun sebaliknya, dengan lisan pula seorang hamba jatuh
tersungkur ke dalam jurang kehinaan yang sedalam-dalamnya.
Nabi Juga bersabda:
Nabi Juga bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً، يَرْفَعُ اللهُ
بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ
اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ.
.
“Sesungguhnya seseorang mengucapkan kalimat dari keridhaan Allah
yang tidak diperhatikannya, namun Allah mengangkatnya disebabkan kalimat itu
beberapa derajat, dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat dari
kemurkaan Allah yang tidak di-perhatikannya, sehingga Allah melemparkannya
disebabkan kalimat itu ke dalam Neraka Jahanam” (HR. Imam Bukhari).
Itulah kekuatan lisan sehingga dapat
menentukan kedudukan dan keselamatan seorang hamba. bagaimana agar ia secara
pribadi sekaligus secara majemuk masyarakat, mampu mempergunakan lisan untuk
mencapai kedudukannya, derajat yang terhormat, bahkan pangkat yang paling
mulia, bukan hanya di kalangan manusia atau segenap makhluk, namun juga
kemuliaan di sisi Allah.
Teladan Rasulullah saw. sebagai
pemimpin yang paling mengasihi dan menyayangi umatnya, telah berpesan serta
berwasiat demi keselamatan, kemuliaan, serta ketinggian derajat kita, umat
beliau, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
menerangkan,
إِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ
رِضْوَانِ اللهِ
مَا
يَظُنُّ أَنْ
تَبْلُغَ مَا
بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللهُ
لَهُ
بِهَا
رِضْوَانَهُ إِلَى
يَوْمِ
يَلْقَاهُ
“Sesungguhnya seseorang dari kalian berkata
dengan perkataan yang diridhai Allah, dia tidak menyangka bahwa kalimat itu bisa
sampai pada apa yang dicapai (oleh kalimat itu), kemudian Allah mencatat
baginya disebabkan kalimat itu pada keridhaanNya sampai hari dia bertemu
denganNya.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, Ibnu Hibban dari sahabat
Bilal bin Harits).
Dengan cara seperti itulah kaum
Muslimin senantiasa bisa mempertahankan kedudukan yang paling mulia sejak zaman
para Nabi dan Rasul sampai saat sekarang, maka janganlah sekali-kali kita
melupakan atau tidak mau mewarisinya dengan sungguh-sungguh, sehingga
tersungkur dalam jurang kehancuran, karena tidak mampu lagi menjaga lisan dan
mensyukurinya dengan sebaik-baiknya.
Apabila kita tidak mampu untuk
berkata yang baik, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi
satu solusi jitu yaitu, “Diamlah!”
Karena diam itu mampu menahan
seorang hamba agar tidak jatuh ke dalam jurang kehancuran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
مَنْ صَمَتَ نَجَا.
“Siapa yang diam, niscaya akan
selamat” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, ad-Darimi,
Ibnul Mubarak, Ibnu Abi ad-Dunya)
Dengan diam, kita akan selamat dari
jurang neraka, seperti yang diperingatkan oleh Rasulullah dalam haditsnya, “Dan
sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat dari yang dimurkai Allah yang
tidak diperhatikannya, sehingga Allah melemparkannya disebabkan kalimat itu ke
dalam Neraka Jahanam.” (HR. al-Bukhari).
walhasil, diam adalah solusi
terakhir bagi kita jika tidak mampu menjaga lisannya. ini mengindikaasikan
bahwa berkata, beraktifitas dan berperan dalam kancah publik sesungguhnya lebih
baik jika mampu dilakukan, namun jika tidak bisa, terlebih memudhorotkan kepada
yang lain, maka diam, pasif dan menjauhkan diri dari hiruk pikuk adalah yang
terbaik baginya. wallahu a’lam
Langganan:
Postingan (Atom)